Gerakan Islam Cinta, Kembali Ke Arti Islam Sesungguhnya

Nasional

Aspirasionline.com- KBR, Jakarta- “Salah satu dosa terbesar adalah membiarkan kedzoliman, dan itu yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam di Indonesia dan dunia, ketika sekelompok oknum yang berhaluan garis keras berulah hingga Islam di benci”, ujar Sekertaris Gerakan Islam Cinta, Irfan Amalee pada program talkshow Agama dan Masyarakat yang disiarkan di Radio KBR, Utan Kayu, Jakarta Timur.

Kata dia, Sejak peristiwa teror 11 September 2001 di Amerika Serikat, penampilan dan citra Islam dan umat Islam tercoreng noda aksi kekerasan dan teror yang dilakukan kelompok-kelompok ekstrem, radikal dan garis keras. Aksi teror yang dilakukan orang-orang mengatasnamakan agama Islam atau perjuangan Islam, berlanjut ke peristiwa Bom Bali I dan II, berlanjut pada sejumlah rencana aksi-aksi teror lain. “Kalau dilihat dari keseluruhan umat Islam, mereka itu sebenarnya hanya sebagian yang sangat kecil, tetapi kenapa begitu terlihat dan terekam,”, ujarnya.

Hal tersebut diperparah lagi dengan makin maraknya gerakan-gerakan radikal yang berdalih hendak memurnikan ajaran agama. Aksi mulai dari intimidasi, pemaksaan, razia, kekerasan fisik hingga pengusiran yang dilakukan kelompok-kelompok itu kepada orang atau kelompok lain baik sesama Muslim maupun non-Islam. “upaya memulihkan citra Islam dilakukan. Termasuk di Indonesia, organisasi NU, Muhammadiyah, dan sejumlah organisasi lain terus mengkampanyekan Islam toleran, Islam moderat,” ujarnya.

Akibatnya kata dia, dunia barat menjadi sangat antipati terhadap Islam. Pemberitaan dan berbagai macam karya tulis dalam bentuk buku soal kebrutalan Islam tersebar dimana-mana. Melihat kondisi ini kata dia, seharusnya mayoritas umat Islam tidak boleh tinggal diam atau bahkan malah setuju dengan pendapat barat tersebut. “Orang bijak biasanya tidak menyalahkan orang lain, tetapi malah introspeksi diri soal kesalahan ini, oleh karenanya kita harus bergerak. Kesalahan justru terjadi karena orang baik malah memilih diam padahal dia mayoritas, atau disebut Silent Minority,” ujarnya.

Berangkat dari hal itu kata dia, 20 Februari 2015 lalu, lebih dari 40 tokoh Islam di Indonesia mendeklarasikan kampanye Gerakan Islam Cinta sebagai lawan dari gerakan Islam kekerasan. Gerakan ini lintas ormas, lintas aliran, lintas mazhab, lintas generasi. Gerakan ini untuk menghadang munculnya kelompok-kelompok Islam garis keras yang terus bermunculan. “Arti Islam sebenarnya adalah damai dan ini tidak diketahui oleh mayoritas umat Islam, itu salah besar. Islam satu-satunya agama yang dinamai dari nama pencetusnya, misalnya seperti Budha. Dari situ harusnya hanya kedamaian yang ada di Islam,” ujarnya.

Kata dia, program utama gerakannya adalah kampanye Islam rahmatan lil alamin di sosial media dan melakukan pelatihan terhadap para guru pendidikan agama Islam di berbagai penjuru Indonesia.  Semacam pelatihan yang belum lama ini berlangsung di Yayasan Imdad Mustadhafin (Yasmin) Jakarta Timur.

Hal senada juga disampaikan Dekan Fakultas Dakwah, UIN Syarif Hidayatullah, Arief Subhan. Kata dia, “Silent Minority” atau diamnya umat islam yang moderat dan minoritas dimanfaatkan oleh media barat yang justru kebanyakan dimiliki oleh bukan orang Islam. “Media Massa dikuasai oleh orang yang bukan dari Islam, efeknya banyak pembicaraan yang menyudutkan islam. Efeknya Islam jadi diidentikan dengan kekerasan akibat pemberitaan yang masif soal peristiwa-peristiwa yang dilakukan oleh oknum,” ujarnya.

Oleh karenanya kata dia, secara psikologis masyarakat awam mengira bahwa jumlah kelompok garis keras ini lebih banyak. Padahal faktanya tidaklah demikian. Islam di Indonesia sebenarnya lebih didominasi Islam bercorak tasawuf yang sangat toleran dan cinta damai. Karena itu dia menyerukan agar masyarakat yang moderat dan toleran jangan lagi diam. Mereka harus tegas menyuarakan dukungannya terhadap Islam yang damai. “Namun seiring berjalannya waktu, paradigma soal Islam adalah kekerasan sudah mulai bergeser kearah yang lebih baik. Dan itu akibat kinerja kelompok mayoritas Islam yang justru anti dengan kekerasan dan lebih toleran terhadap perbedaan dan perdamaian,“ ujarnya.

Dia berharap dengan pergerakan ini nantinya apa yang terjadi soal penilaian Islam bisa berubah tanpa harus menyinggung satu sama lain. Penghormatan terhadap suatu kepercayaan harus tetap dijaga agar kehidupan antar sesama umat beraga bisa berjalan dengan baik. “Semoga gerakan ini bisa terus berkembang dengan mengajarkan kelemahlembutan namun tetap tegas soal aqidah. Islam sama sekali tidak mengajarkan untuk mudah mengkafirkan suatu golongan, dan Islam mengajarkan bagaimana hidup selaras dengan perbedaan,“ ujarnya sebagai penutup.

Simak Perbincangan Agama dan Masyarakat Setiap Rabu pukul 18 WIB | streaming www.portalkbr.com

Editor: Malika

Sumber : KBR68H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *