32 Tahun Setia dengan Becak
Aspirasionline.com – Seiring perkembangan zaman dan teknologi membuat peminatan akan alat transportasi Becak berkurang. Terdapat perbedaan yang sangan menonjol antara eksistensi Becak di era 70-90an dengan masa kini. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hal yang paling sederhana yaitu penumpang Becak, munculnya alat transportasi yang semakin modern dan cepat seperti Sepeda Motor dan Angkutan Umum Roda Empat (Angkot) membuat masyarakat lebih memilih meninggalkan Becak dan beralih ke alat transportasi tersebut.
Efisiensi waktu juga menjadi pertimbangan masyarakat apabila memilih alat transportasi, tak heran jika Becak kini sangat kurang diminati oleh masyarakat. Namun, dibalik itu semua terdapat beberapa orang yang masih bertahan memilih profesi tukang Becak sebagai tumpuan hidup, Suaji misalnya. Suaji adalah salah satu dari 6 penarik Becak yang masih bertahan di era modern ini. Pria berumur 64 Tahun ini biasa beroperasi di sekitar kampus hijau Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta (UPNVJ). Lebih dari 32 tahun Suaji dengan setia mengantarkan penumpang ke tempat tujuan dengan Becak kesayangannya.
Suaji bercerita, ketika tahun 90-an terdapat 200 orang penarik Becak yang mangkal di pasar pondok Labu, untuk pendapatannyapun bisa mencapai Rp.50.000 sampai Rp.70.000 per hari, padahal tarif Becak saat itu hanya berkisar antara Rp.2000 – Rp.3000. “dulu sih enak penumpang masih banyak dapet duitnya juga banyak. Kalo sekarang mah dapet satu penumpang juga udah untung.” Ujar Suaji.
Pria asal Semarang ini pada awalnya merantau ke Jakarta pada tahun 1971. Sebelum menjadi penarik Becak ia sempat berganti-ganti profesi selama sepuluh tahun, seperti menjadi penjual minyak tanah, pedagang bubur serta pedagang es. Sejak tahun 1981 itulah Suaji memutuskan untuk menjadi penarik Becak. Sewaktu muda Suaji mampu membawa penumpang hingga 20 orang perharinya, namun kini tak jarang pria beramput putih itu tidak mendapatkan penumpang sama sekali dan pulang dengan keadaan tangan kosong.
Miris memang perjuangan Tukang Becak di era Modern seperti sekarang, sudah tiga becak milik Suaji disita oleh petugas Keamanan dan Tata tertib (Kamtib), sedangkan 1 becak dicuri dan 1 becak lainnya dijual. Berbekal 1 Becak yang tersisa Suaji mengadu nasib di Ibu Kota. Minimnya pendapatan tak membuat Suaji menyerah pada keadaan, dengan tekad yang besar sedikit demi sedikit dari pendapatannya ia kumpulkan dan akhirnya dapat membeli 2 sepeda motor yang kini dipakai oleh anaknya untuk ngojeg.
Dibalik itu semua, tersimpan harapan kecil dari si tukang Becak, yaitu membahagiakan keluarga serta melihat anak-anak serta cucu-cucunya berhasil di kemudian hari. “yang penting keluarga seneng, itu aja cukup buat saya.” Tukas lelaki paruh baya itu.
Vony